Berita Lampung Terkini

Kota Metro Menuju 100% ODF Susul Pringsewu, Bisakah?

Lampungway.com. Kota Metro Menuju 100% ODF Susul Pringsewu, Bisakah?. Mungkin banyak yang bertanya-tanya apa maksud dari Judul diatas, apakah Kota Metro bisa menyusul Pringsewu yang kini telah 100% ODF (Open Defecation Free) atau Prilaku Buang Air Besar Sembarangan.

Kehadiran aplikasi yang dikembangkan Pemerintah Indonesia melalui Dinas Kesehatan yang diberi nama Aplikasi STBM Smart mampu Monitoring Data Akses Sanitasi berbasis Masyarakat.  STBM Smart merupakan satu aplikasi alat bantu monitoring untuk memudahkan para pengelola program di tingkat pusat untuk memantau perkembangan STBM di wilayah provinsi.

Pengguna umum-pun diberikan akses untuk melihat dan membaca informasi program sanitasi yang sejak di rilis pada 4 Agustus 2016 yang lalu ini sudah digunakan sekitar 10.000 lebih pengguna.

Dalam pengolahan data supaya realtime, dimasing-masing puskesmas ada yang bertanggungjawab untuk menginput data, sehingga jika ada perubahan data setiap hari maka akan mempengaruhi perubahan data pada aplikasi tersebut tentu sudah memiliki account untul login ke dalam aplikasi STBM Smart tersebut.

Sementara untuk level Pengguna dapat mengakses data pada aplikasi ini tanpa harus melakukan register dan login, jadi pengguna bisa langsung mengunduh dan melakukan penginstalan pada smartphone masing-masing.

Hal terkait Sanitasi yang bagaimana yang bisa di tampilkan oleh Aplikasi STBM Smart ini? Jadi user atau pengguna bisa mengakses semua data STBM dari seluruh provinsi hingga level desa, apakah desa yang di cari tersebut sudah 100% ODF (Open Defecation Free) alias Stop Buang Air Besar Sembarangan.

Hal tersebut langsung saya coba untuk mengunduh aplikasi ini bisa melalui Google Play Store lalu instal dan jalankan aplikasi, kemudian muncul data akses Sanitasi di Indonesia saat ini masih 72.88% artinya masih ada 27.12% masyarakat Indonesia yang belum bisa mengakses sanitasi dan itu tersebar dari Sabang hingga Merauke.

STBM Smart Umum

Nah, itu adalah gambaran Indonesia, melalui STBM Smart juga kita bisa langsung untuk melihat data per Propinsi hingga per desa atau kelurahan.

Jalankan aplikasinya, kemudian pilih Propinsi misalnya Lampung maka akan diperoleh data yang telah saya buat dalam bentuk tabel sebagai berikut

Data STBM Propinsi Lampung
Sudah Akses Sanitasi : 83,95%
Belum Akses Sanitasi 16,05%  
No. Kabupaten/Kota Sudah Akses Sanitasi Belum Akses Sanitasi
1 Bandar Lampung 91,32% 8,68%
2 Lampung Barat 90,20% 9,80%
3 Lampung Selatan 88,76% 11,24%
4 Lampung Tengah 95,83% 4,17%
5 Lampung Timur 81,01% 18,99%
6 Lampung Utara 87,86% 12,14%
7 Mesuji 72,83% 27,17%
8 Metro 99,28% 0,72%
9 Pesawaran 78,22% 21,78%
10 Pesisir Barat 83,21% 16,79%
11 Pringsewu 100% 0,00%
12 Tanggamus 65,55% 34,45%
13 Tulang Bawang Barat 55,14% 44,86%
14 Tulang bawang 83,45% 16,55%
15 Way Kanan 88,71% 11,29%

Data tabel dari : Aplikasi STBM Smart per 28 Agustus 2018

Nah, dari data tabel diatas dapat dibaca bahwa saat ini, akses sanitasi di Lampung masih 83,95% dari total penduduk dan masih ada 16,05% yang belum bisa mengakses sanitasi.

Untuk Kabupaten/Kota yang tertinggi akses sanitasi di Lampung adalah Pringsewu bahkan menjadi satu-satunya kabupaten/kota di Sumatera yang berhasil 100% akses sanitasi, hal ini di dukung dari peran serta masyarakat dan pemerintah pringseweu sendiri juga berbagai pihak yang terkait seperti Paguyuban Jamban Sewu Bantu Warga Kurang Mampu Miliki Kloset di Pringsewu (Sumber : http://www.saibumi.com/artikel-83561-paguyuban-jamban-sewu-bantu-warga-kurang-mampu-miliki-kloset-di-pringsewu.html)

Paguyuban Penggiat Sanitasi dan Pengusaha Jamban Sewu berkontribusi dalam program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Kecamatan Pagelaran.

Ketua Paguyuban Penggiat dan Pengusaha Suparlan mengatakan dalam program Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) terdapat prioritas pemberian jamban atau kloset. “Kita prioritaskan kepada yang tidak mampu. Karena yang mampu juga terdapat program kredit kloset dari paguyuban,”

Setelah Pringsewu, Kota Metro tampaknya juga tengah berupaya untuk terus menuju 100% dan saat ini sudah mencapai 99,28% akses sanitasi hal ini mengindikasikan bahwa masih ada 0,72% penduduk Kota Metro belum bisa mengakses sanitasi.

Sedangkan yang wilayah di Lampung yang paling rendah akses Sanitasi adalah di Tulang Bawang barat, yakni 55,14% penduduk yang telah bisa mengakses sanitasi dan 44,86% belum bisa akses sanitasi.

Kota Metro Menuju 100% ODF Susul Pringswu, Bisakah?

Apakah Kota Metro bisa menyusul Pringsewu dengan 100% ODF? Jika menilik dari jumlah persentase yang belum ODF tampaknya angka 0,72% jika dikebut dalam tahun 2018 ini Metro bisa menuju 100% ODF. Tapi tentu saja tidak bisa terlaksana jika tanpa support dari semua pihak, baik Pemerintah Kota Metro maupun masyarakat Kota Metro

Berdasarkan data dari Laporan Akses Kemajuan Kota per 28 Agustus 2018, jumlah penduduk di Metro yang masih BABS mengalami penurunan dari saat baseline sekitar 978 kepala, kini tersisa 380 kepala. Hal tersebut bisa di lihat dari data di bawah ini

Laporan Akses Kemajuan
No Nama Kecamatan
Jumlah KK BABS % Akses BABS % Akses Baseline
1 METRO SELATAN 4128/3688 86 1,86 98,140775
2 METRO UTARA 7131/6604 263 3,07 96,928275
3 METRO BARAT 6220/6213 73 1,18 98,8206
4 METRO TIMUR 8812/8301 424 4,7 95,30006
5 METRO PUSAT 12275/12548 132 0,94 99,05714
    38566/37354 978 2,39 97,60657273
No Nama Kecamatan
BABS % Akses BABS % Akses PRogres
1 METRO SELATAN 0 0 100
2 METRO UTARA 66 0,59 99,41275
3 METRO BARAT 33 0,59 99,4073
4 METRO TIMUR 53 0,66 99,34376
5 METRO PUSAT 228 1,58 98,42418
    380 0,72 99,27817727

Data tabel dari : Aplikasi STBM Smart per 28 Agustus 2018.

Namun, hal itu terjadi secara perhitungan total dari 5 Kecamatan, sedangkan Kecamatan Metro Pusat justru mengalami kenaikan dari 132 kepala menjadi 228 kepala yang masih BABS, sedangkan di Metro Timur mengalami penurunan yang cukup signifikan, dari awal 424 kepala yang BABS kini hanya tinggal 53 kepala, sedangkan di Metro Selatan dari 86 kepala ketika baseline kini 0 kepala jadi 100% ODF

Dari data yang tampak dalam tabel, akhirnya membuat saya untuk bisa observasi di salah satu Kelurahan yang paling padat penduduknya di Kota Metro setelah Kelurahan Hadimulyo Barat, yakni di Kelurahan Imopuro.

Geliat Warga Imopuro Mencari Rejeki, Jangan Sepelekan Sanitasi

Wilayah Kelurahan Imopuro bagi saya ini sangat unik, karena wilayahnya ada di daerah aliran Irigasi yang dibangun sejak zaman kolonisasi Belanda, Irigasi yang dipergunakan untuk mengairi sawah yang ada di Kota Metro, dan uniknya lagi bahwa tidak menampik fakta bahwa Imopuro juga menjadi pusat perdagangan dan perekonomian, serta pusat pemerintahan di Kota Metro.

Ada beberapa pasar yang dibangun di wilayah Imopuro, mulai dari Komplek Pasar Cendrawasih, Komplek Pasar Pertokan Sumur Bandung, Komplek Pertokoan Shoping Metro, dan yang baru adalah Komplek Pertokoan Mega Mall Metro. Belum lagi bangunan-bangunan pribadi mulai dari ruko, rumah hunian juga sarana ibadah dan pendidikan juga ada di Imopuro.

Pada Senin (28/08/2018), saya kemudian menuju Kantor Kelurahan Imopuro, karena sebelumnya sudah janjian dengan Pak Nasirwan Ali, selaku Lurah Imopuro, saya menunggu beliau, karena ternyata sebelum jam delapan pagi, beliau sudah keliling ke lapangan (blusukan) untuk menyapa warga dan memantau pembuatan taman disetiap RW yang dibangun sederhana untuk lomba dalam rangka HUT RI ke-73 Tahun.

Mobilitas Pak Nasirwan Ali, memang diakui oleh beberapa staf kelurahan sudah menjadi kebiasaan Pak Lurah, 30% di kantor dan 70% keliling ke warganya, tak berapa lama, Pak Nasirwan pun kembali ke Kantor Kelurahan dan dengan senyum ramah, menyapa saya kemudian mengajak ke ruang kantornya yang sederhana, tapi bersih dan terawat.

Lurah Imopuro – Nasirwan Ali. Foto. Agustinus Leantoro. Lampungway.com

“Kepadatan penduduk Imopuro tak semua yang tinggal di wilayah Imopuro adalah warga yang ber KTP Imopuro, melainkan banyak yang berasal dari luar wilayah Imopuro, mereka yang berasal dari wilayah luar Imopuro, bisa dari mana saja, termasuk dari kecamatan lain, bahkan lintas kabupaten juga ada yang tinggal di Imopuro karena biasanya mereka menyewa rumah untuk ditinggali, karena kebanyakan mereka bermatapencaharian sebagai pedagang.” hal itu diungkapkan oleh Nasirwan Ali selaku Lurah Imopuro di kantornya (Senin, 28/08/18)

“Jadi peran serta Pemerintah Kota Metro dan dari berbagai dinas terkait dalam hal mengejar target Metro 100% ODF sudah gak kurang-kurang, tapi karena yang dihadapi juga memiliki mindset yang berbeda dan mungkin program sanitasi tersebut merasa gak dibutuhkan oleh warga karena merasa sanitasi itu tidak penting ini juga menjadi persoalan, bahwa sangat sulit sekali merubah mindset. Hal ini, juga menjadi tantangan tersendiri dan memerlukan cara tersendiri untuk bisa merubah mindset warga yang kurang peduli bahkan tidak peduli dengan sanitasi. Jadi mudah-mudahan dengan penyuluhan yang dilakukan secara intensif terus menerus bisa merubah mindset dari yang berpikir sanitasi itu tidak penting menjadi berpikir sanitasi itu sangat penting”. Lanjut Nasirwan Ali

Ketika ditanya terkait apakah masih ada warga yang BABS (Buang Air Besar Sembarangan), Pak Nasirwan sembari tertawa menjawab

“hal itu sudah hampir tidak ada, sudah malu nanti ketahuan di ekspos di media sosial, tapi bisa jadi masih ada hanya case by case saja, tapi jika di sepanjang Irigasi sudah tidak ada”.

Pungkasnya sembari beranjak dari kursinya kemudian menuju ke Peta wilayah dan menjelaskan kepada saya, tentang wilayah Imopuro yang paling padat penduduknya.

Lurah Imopuro – Nasirwan Ali. Foto. Agustinus Leantoro. Lampungway.com

Menyusuri Irigasi yang dibangun Era Kolonisasi yang Kini Semakin Bersih

Sayapun kemudian melanjutkan perjalanan menyusuri pinggiran irigasi utama yang ada di Kota Metro, aroma yang kurang sedap mulai menyeruak dalam indra penciuman saya, tampak beberapa orang yang sedang mencuci daging dan tampak air kotoran bekas mencuci itu masuk ke saluran air namun sayang kemudian masuk ke Irigasi.

Ketika akan saya ambil gambarnya saya tidak mendapatkan izin, dan kemudian mereka mulai tampak tidak ramah dan melakukan defense, saya coba untuk wawancara sedikit mereka enggan dan kemudian meminta saya untuk pergi dari situ.

Saya terus menyusuri jalur irigasi yang menurut saya kini semakin bersih dibandingkan beberapa tahun silam karena saya memang lahir dan dewasa di Metro, tak ada hal aneh, tak ada tinja yang mengapung, tidak ada serakan sampah yang terbawa arus irigasi.

Yang tampak hanya aliran limbah rumah tangga dari saluran air yang kemudian berakhir di irigasi, juga di bagian belakang salah satu sekolah yang ada di Imopuro, tampak saluran air dengan kandungan sampah plastik yang terkumpul di bibir saluran air menuju ke irigasi

Saluran Limbah Rumah Tangga di Irigasi. Foto. Agustinus Leantoro – Lampungway.com

Terus melangkah ke arah barat, saya menemukan pipa paralon berukuran sekitar 3 atau 4 inchi menyeruat keluar menembus beton dinding irigasi, dan ternyata masih ada bekas-bekas air yang mengalir melalui paralon tersebut, di dekatnya tampak beberapa sampah plastik tersangkut pada ranting-ranting pohon yang (mungkin dibuang ke irigasi tapi nyangkut)

Sampah dan Pipa Parolon Limbah Rumah Tangga di Irigasi. Foto. Agustinus Leantoro – Lampungway.com

Sementara di seberang irigasi (wilayah Hadimulyo Barat) tampak juga seorang wanita yang tengah mencuci pakaian, meski irigasi sudah terbilang bersih tapi kita tidak tahu kandungan didalam airnya bagaimana, tingkat pencemarannya bagaimana dan mencuci masih menjadi kegiatan ibu-ibu di wilayah ini, hal tersebut bisa di pantau dengan adanya undak-undakan atau tangga dari atas ke bawah menuju ke sumber air di irigasi.

Tampaknya saya masih kurang lihai dan pede untuk menjadi jurnalis, ada rasa takut ketika mencoba meminta izin mengambil gambar kegiatan si ibu secara dekat, takut ditolak, dan ternyata benar, si Ibu juga enggan di wawancarai dan buru-buru membereskan cuciannya (Untung saya sudah “candid” dari kejauhan) paling tidak sedikit memberikan gambaran yang terjadi di irigasi Kota Metro yang membelah Kota Metro dan sekaligus menjadi batas wilayah Imopuro dengan Hadimulyo Barat

Aktifitas Ibu rumah Tangga Mencuci Pakaian di Irigasi Kota Metro. Foto. Agustinus Leantoro. Lampungway.com

Tak banyak data dan bukti yang bisa saya dapatkan, begitu juga ketika memasuki wilayah yang padat penduduknya yakni di Imopura bagian barat, tak banyak aktifitas terlihat karena sebagian besar warganya sibuk mencari uang di pasar, hanya ada beberapa orang yang sudah renta yang mungkin orang tua dari anak-anaknya yang kini tengah mencari rejeki di Kota Metro.

Lingkungan juga bersih, karena efek 17an kah? Harapan saya karena memang sudah ada “behavior changes” untuk peduli dengan lingkungannya, untuk tidak menyepelekan Sanitasi di Imopuro.

Pentingnya Peran Aktif Masyarakat dan Pemerintah dalam Mencapai Metro 100% ODF

Nah, dari uraian diatas peran serta pemerintah dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk menciptakan Kota Metro 100% ODF tak bisa hanya Pemerintah saja yang ambil perananan tanpa ada dukungan dari masyarakat sendiri. Karena sesungguhnya Sanitasi adalah kebutuhan semua warga negara yang sangat penting.

Peningkatakan sumber daya manusia untuk meningkatkan pengetahuan, dan daya akses masyarakat terhadap Sanitasi masih terkesan disepelekan, meskipun sering kali kita mengaca bahwa sumber penyakit hampir sebagian besar karena dipengaruhi oleh sanitasi dasar yang buruk

Karakteristik Desa ODF (Open Defecation Free)

Satu masyarakat dikatakan telah ODF jika :

  1. Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban dan membuang tinja/kotoran bayi hanya ke jamban.
  2. Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar.
  3. Tidak ada bau tidak sedap akibat pembuangan tinja/kotoran manusia.
  4. Ada peningkatan kualitas jamban yang ada supaya semua menuju jamban sehat.
  5. Ada mekanisme monitoring peningkatan kualitas jamban.
  6. Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk mencegah kejadian BAB di sembarang tempat.
  7. Ada mekanisme monitoring umum yang dibuat masyarakat untuk mencapai 100% KK mempunyai jamban sehat.
  8. Di sekolah yang terdapat di komunitas tersebut, telah tersedia sarana jamban dan tempat cuci tangan (dengan sabun) yang dapat digunakan murid-murid pada jam sekolah.
  9. Analisa kekuatan kelembagaan di Kabupaten menjadi sangat penting untuk menciptakan kelembagaan dan mekanisme pelaksanaan kegiatan yang efektif dan efisien sehingga tujuan masyarakat ODF dapat tercapai

Air Bersih Menurut PBB adalah menjadi Hak Asasi Manusia

“Air bersih menurut PBB adalah menjadi hak asasi manusia, hal itu dikarenakan bahwa air menjadi penunjang hidup, dimana sanitasi dan air bersih adalah dua hal yg sangat berkaitan. Sebab itu, aspek kualitas air bersih sangat ditentukan oleh sanitasi, dan disepakati bahwa sanitasi adalah Penting.” ungkap Bambang Pujiatmoko dari SNV Netherlands Development Organization (NGO penggiat Sanitasi) pada 25 Agustus 2018 di Hotel Batiqa Bandar Lampung

Bambang Pujiatmoko – SNV. Foto. Tribunlampung

Permasalahan yang Timbul Akibat Tinja

Berikut ini adalah permasalahan yang mungkin ditimbulkan akibat buruknya penanganan buangan tinja:

1.Mikroba

Tinja manusia mengandung puluhan miliar mikroba, termasuk bakteri koli-tinja. Sebagian diantaranya tergolong sebagai mikroba patogen, seperti bakteri Salmonela typhi penyebab demam tifus, bakteri Vibrio cholerae penyebab kolera, virus penyebab hepatitis A, dan virus penyebab polio. Tingkat penyakit akibat kondisi sanitasi yang buruk di Indonesia sangat tinggi. BAPENNAS menyebutkan, tifus mencapai 800 kasus per 100.000 penduduk. Sedangkan polio masih dijumpai, walaupun dinegara lain sudah sangat jarang.

2.Materi Organik

Kotoran manusia (tinja) merupakan sisi dan ampas makanan yang tida k tercerna. Ia dapat berbentuk karbohidrat, dapat pula protein, enzim, lemak, mikroba dan sel-sel mati. Satu liter tinja mengandung materi organik yang setara dengan 200-300 mg BODS (kandungan bahan organik).

3.Telur Cacing

Seseorang yang cacingan akan mengeluarkan tinja yang mengandung telu-telur cacing. Beragam cacing dapat dijumpai di perut kita. Sebut saja, cacing cambuk, cacing gelang, cacing tambang, dan keremi. Satu gram tinja berisi ribuan telur cacing yang siap berkembang biak diperut orang lain. Anak cacingan adalah kejadian yang biasa di Indonesia. Penyakit ini kebanyakan diakibatkan cacing cambuk dan cacing gela ng. Prevalensinya bisa mencapai 70 persen dari balita.

4.Nutrien

Umumnya merupakan senyawa nitrogen (N) dan senyawa fosfor (P) yang dibawa sisa-sisa protein dan sel-sel mati. Nitrogen keluar dalam bentuk senyawa amonium, sedangkan fosfor dalam bentuk fosfat. Satu liter tinja manusia mengandung amonium sekitar 25 gram dan fosfat seberat 30 mg. Senyawa nutrien memacu pertumbuhan ganggang (algae). Akibatnya, warna air menjadi hijau. Ganggang menghabiskan oksigen dalam air sehingga ikan dan hewan lainnya mati.

Hal tersebut di sampaikan oleh Bambang Pujiatmoko saat menjadi pemateri pada kegiatan “Pelatihan Jurnalistik Sanitasi Aman Tangung Jawab Bersama” sebuah kegiatan kolaborasi AJI Bandar Lampung dan SNV yang dihadiri oleh kurang lebih 30 peserta yang terdiri dari Jurnalis Media cetak, Media Online dan Blogger.

Ditambahkan oleh Agus Setyo Widodo dari Dinas Kesehatan Popinsi Lampung dalam kegiatan yang sama bahwa ternyata dampak dari sanitasi buruk juga bisa mengakibatkan “Stanting” atau tubuh bayi baru lahir tidak normal alias kerdil, karena asupan air yang tercemar mempengaruh perkembangan pertumbuhannya, selain itu hal yang sering terjadi adalah Penyakit Diare dan TBC.

Kasi Kesling Kesjaor Dinkes Lampung Agus Setyo Widodo. Foto. Tribunlampung

Maka Pemerintah kemudian menggulirkan program 100 01 100 untuk memerangi dampak dari sanitasi tidak aman, 100% akses air harus tercapai, 0% rumah kumuh, 100% Jamban sehat menjadi “goal” dari gerakan Indonesia Sehat.

Indonesia Menuju Sanitasi Aman akankah tercapai?

Sanitasi aman merupakan salah satu target dalam tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG #6) yang terfokus pada air bersih dan sanitasi, bahkan melalui Peraturan Presiden no. 59/2017 Indonesia berkomitmen untuk mendukung tercapainya tujuan SDGs tersebut.

Namun Fakta Sanitasi di Indonesia, masih sangat jauh dimana 14.000 ton tinja per hari masih mencemari badan air, 75% sungai yang jadi sumber air tercemar, bahkan 70% air tanah juga tercemar.

Mirisnya, 50 dari 1000 bayi meninggal karena diare, sedangkan masyarakat harus membayar 25% lebih mahal untuk ketersediaan air minum perpipaan dari fakta Sanitasi di Indonesia tersebut ternyata menjadi potensi kerugian sebesar 1,2 juta/kapita/tahun (data dari : kementrian Pekerjaan Umum & Perumahan Rakyat, 2017 & Bappenas, 2010)

5 Komponen Utama menuju Sanitasi Aman

Apakah Anda tahu bagaimana Sanitasi yang aman itu? Pasti jawabannya sama denga saya “tidak tahu” Hal tersebut disampaikan oleh Nyoman Suartana dari SNV Netherlands Development Organization (NGO penggiat Sanitasi).

I Nyoman Suartana – SNV . Foto. Tribunlampung

Kebutuhan 5 komponen utama menuju sanitasi aman sangat diperlukan saling terkait satu dengan yang lain, jika salah satu tidak berhasil maka sudah bias dipastikan bahwa Sanitasi kita tidaklah aman.

1. Jamban
Jamban merupakan komponen utama sanitasi dasar, jamban harus dilengkapi dengan pijakan, dan leher angsa serta ditempatkan ditempat yang tertutup, bersih dan nyaman

2. Tanki Septik
Tanki Septik atau penampungan harus kedab seluruhnya baik dari dasar, dinding kanan dan kiri serta bagian penutupnya, sesuai dengan SNI 03-2398-2002

3. Penyedotan dan pengangkutan
Setiap 3 tahun sekali tanki septic wajib di sedot dan diangkut dengan kendaraan khusus secara aman ke IPLT (instalasi Pengolahan Lumpur Tinja)

4. Pengolahan Lumpur Tinja
Lumpur tinja juga harus di olah secara amansebelum dibuang atau digunakan kembali.

5. Pembuangan dan pemanfaatan kembali
Buangan air olahan memenuhi standar baku mutu lingkungan yang termaktub dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 68/2016 dan Lumpur tinja dimanfaatkan kembali sesuai dengan peruntukkannya.

Persyaratan Jamban sehat

Kementerian Kesehatan telah menetapkan syarat dalam membuat jamban sehat. Ada tujuh kriteria yang harus diperhatikan. Berikut syarat-syarat tersebut:

  1. Tidak mencemari air
  2. Saat menggali tanah untuk lubang kotoran
  3. Tidak mencemari tanah permukaan
  4. Tidak buang besar di sembarang tempat, seperti kebun, pekarangan, dekat sungai, dekat mata air, atau pinggir jalan.
  5. Bebas dari serangga
  6. Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap minggu.
  7. Ruangan dalam jamban harus terang.
  8. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan
  9. Aman digunakan oleh pemakainya
  10. Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang kotoran dengan pasangan batau atau selongsong anyaman bambu atau bahan penguat lai yang terdapat di daerah setempat
  11. Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi pemakainya
  12. Lantai jamban rata dan miring kearah saluran lubang kotoran
  13. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan
  14. Jamban harus berdinding dan berpintu.

Indonesia sehat tidak akan bisa terwujud jika masyarakatnya juga tidak sehat, apalagi jika Sanitasi Aman belum berhasil dilakukan maka justru akan terus menggerogoti rakyat, karena sanitasi dasar hingga sanitasi aman menjadi langkah preventif agar masyarakat Indonesia tidak terjangkit penyakit yang diakibatkan sanitasi tidak aman, mari gencarkan “Gerakan Jamban Sehat” untuk Indonesia Sehat.

Penulis : Agustinus Leantoro
Published : lampungway.com

***

Tulisan diatas adalah tulisan saya pertama hasil dari Workshop Jurnalistik yang diadakan oleh AJI Bandar Lampung berkolaborasi dengan SNV yang sudah menghadirkan Mas Mawa Kresna dari Tirto.id yang sudah berbusa-busa memberikan kami ilmu jurnalistik Berbasis Data, namun dalam artikel ini mungkin belum mencerminkan jurnalistik berbasis data dalam pembahasannya. Mohon Maafkan saya jika belum memenuhi harapan.

Mawa Kresna Jurnalistik Berbasis Data. Foto. AJI Bandar Lampung Pemateri dan Peserta Workshop Jurnalistik AJI Bandar Lampung & SNV – Sanitasi Aman, Tanggung Jawab Bersama

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *